Rabu, 21 Januari 2015
PANCASILA MENURUT BUDHA YANG DISEBUT PANCASYIILA YANG BERARTI 5 LARANGAN/PANTANGAN
1. Panatipada Veramani Sikhapadam Samadiyani, artinya jangan mencabut nyawa makhluk hidup 2. Dinna Dana Veramani Shikapadam Samadiyani, artinya jangan mengambil barang yang tidak diberikan 3. Kameshu Micchacara Veramani Shikapadam Samadiyani, artinya jangan berhubungan kelamin (berzina) 4. Musawada Veramani Shikapadam Samadiyani, artinya janganlah berkata palsu 5. Sura Meraya Masjja Pamada Tikana Veramani, artinya janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran.
Senin, 19 Januari 2015
KAROMAH PANGERSA ABAH ANOM
Pada tahun 1980han, saya bersama seorang kenalan bernama Hj
Yahya Hanafiah berkesempatan berjumpa dengan seorang kiyai dan wali Allah di
Suryalaya yang terkenal dengan gelaran 'Macan Suryalaya''. ( sila type ''macan
suryalaya'' di google ramai telah menulis mengenainya )
Ketika itu , ramai antara jamaah rombongan Singapura sudah tidur kerana jam menunjukkan jam 11 malam. Kami masuk ke Masjid Nurul Asror di mana Kiyai yang sudah berumur 125 tahun ketika itu bermalam. Banyak kisah yang di khabarkan kepada kami adalah mengenai karomah Abah Anom, seolah-olah beliau berpesan kepada kami yang muda bahawa pada zaman ini , inilah orangnya yang di tentukan Allah, berada di Indonesia.
Antara kisah yang paling menarik , Abah Pakih ( nama betulnya Kiyai Haji Abu Bakar Faqih ) menceritakan : Saya di amanatkan Abah Sepuh ( Ayanda kepada Abah Anom ) untuk menjaga Abah Anom sejak dari kecil, sejak lahir, dirumah saya yang terletak di hadapan rumah Abah Sepuh...selang beberapa hari saya menerima surat dari Nabi Khidir mencadangkan nama bayi yang baru lahir ini, tertulis dalam surat itu nama 'sohibul wafa'' atau 'tajul arifiin'' ,..di tanda tangani Alkhidr. Dengan segera saya langsung ke rumah Abah Sepuh menunjukkan surat tersebut dan Abah Sepuh berkata kalau gitu kita ambil dua-dua namanya iaitu 'Sohibul Wafa 'Tajul Arifiin'.-tamat kata-kata lebih kurang dari Almarhum Abah Pakih.
Masya Allah, tak mungkin semudah itu Abah Pakih memperoleh surat dari Nabi Khidir jika ketika itu beliau bukan seorang wali Allah. Satu renungan buat kita agar bersyukur dengan anugerah ini.
Ketika itu , ramai antara jamaah rombongan Singapura sudah tidur kerana jam menunjukkan jam 11 malam. Kami masuk ke Masjid Nurul Asror di mana Kiyai yang sudah berumur 125 tahun ketika itu bermalam. Banyak kisah yang di khabarkan kepada kami adalah mengenai karomah Abah Anom, seolah-olah beliau berpesan kepada kami yang muda bahawa pada zaman ini , inilah orangnya yang di tentukan Allah, berada di Indonesia.
Antara kisah yang paling menarik , Abah Pakih ( nama betulnya Kiyai Haji Abu Bakar Faqih ) menceritakan : Saya di amanatkan Abah Sepuh ( Ayanda kepada Abah Anom ) untuk menjaga Abah Anom sejak dari kecil, sejak lahir, dirumah saya yang terletak di hadapan rumah Abah Sepuh...selang beberapa hari saya menerima surat dari Nabi Khidir mencadangkan nama bayi yang baru lahir ini, tertulis dalam surat itu nama 'sohibul wafa'' atau 'tajul arifiin'' ,..di tanda tangani Alkhidr. Dengan segera saya langsung ke rumah Abah Sepuh menunjukkan surat tersebut dan Abah Sepuh berkata kalau gitu kita ambil dua-dua namanya iaitu 'Sohibul Wafa 'Tajul Arifiin'.-tamat kata-kata lebih kurang dari Almarhum Abah Pakih.
Masya Allah, tak mungkin semudah itu Abah Pakih memperoleh surat dari Nabi Khidir jika ketika itu beliau bukan seorang wali Allah. Satu renungan buat kita agar bersyukur dengan anugerah ini.
BELIAU MELINDUNGI ORANG-ORANG YANG SALEH
Iwan Darmawan
Ikhwan TQN - Jakarta
Ikhwan TQN - Jakarta
Saat manaqib beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan seorang Ikhwan
berasal dari Tasikmalaya berusia + 70 tahun dan telah mengenal Abah Anom
semenjak beliau masih muda.
Firman ALLAH dalam surat AL-A'RAF (7):196
DIA MELINDUNGI ORANG-ORANG YANG SALEH
Manaqib di Suryalaya beberapa bulan lalu, saya bertemu Ir. Ayat Hidayat,
Ketua Koperasi Hidmat - Ponpes Suryalaya. Mengetahui beliau sejak dahulu
mengenal Abah Anom, sayapun bertanya pengalaman yang paling berkesan bersama
Abah Anom. Beliau termenung sejenak, lalu berkata: "Suatu hari setelah
shalat dhuhur berjamaah, Abah menawarkan makan siang di Madrasahnya (rumah
Abah). Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, kami makan hanya berdua".
Setelah makan, Abah mengajak saya berkeliling kebun (tanah) yang
dimilikinya. Dalam perjalanan Abah selalu berdecak-decak karena ada sisa
makanan yang terselip digiginya. Tidak jauh dari tempat kami berdiri, ada
setumpuk dahan kering yang dikumpulkan penduduk untuk dijadikan kayu bakar,
disandarkan disebuah pohon. Abah melihat dan berniat menjumput sedikit untuk
dijadikan tusuk gigi. Ketika hendak menjumput kayu tersebut, tiba-tiba Abah
Anom terperanjat dan langsung ber-istighfar berulang kali dan membatalkan
niatnya.
Setelah mendengarkan beliau, saya merenung hikmah apa yang ada dibalik
cerita itu. Baru beberapa bulan kemudian saya dapat mengambil hikmahnya,
sebagai berikut:
Dalam kitab 'Risalah Qusyairiyah' dijelaskan:
Karamah yang paling besar yang dimiliki para wali, adalah selalu mendapat
pertolongan ALLAH SWT untuk taat dan terjaga dari kemaksiatan dan
pertentangan.
Para Wali itu ma'shum (terjaga dan terpelihara dari dosa) sebagaimana yang
terjadi bagi para nabi.
Walau mengambil hanya sedikit kayu yang nilainya tidak seberapa (mungkin
tidak bernilai sama sekali), dihadapan ALLAH itu termasuk perbuatan dosa,
digolongkan perbuatan mencuri. Bagi kita (murid) perbuatan tersebut dapat
dikatakan hanya dosa kecil saja, tetapi bagi wali tidak ada istilah dosa
kecil atau besar. Para wali melihat dosa itu adalah perbuatan menentang
ALLAH SWT.
Rasulullah SAW bersabda: "Dosa yang paling besar di sisi ALLAH Ta'ala adalah
dosa yang (dianggap) paling kecil oleh manusia. Sedangkan dosa yang paling
kecil di sisi ALLAH Ta'ala adalah dosa yang (dianggap) paling besar oleh
manusia".
Maksud hadist di atas adalah; apabila seseorang yang melakukan perbuatan
dosa menganggap dosa yang dilakukannya itu sangat besar, maka ia pun merasa
takut dan segera bertaubat, sehingga dosa itu diampuni dan dianggap kecil
oleh Allah. Namun jika dosa itu dianggap kecil oleh yang melakukannya,
sehingga ia terus-menerus mengulanginya, maka dosa itu menjadi besar di sisi
ALLAH.
Abah Anom terhindar dari perbuatan dosa karena selalu dilindungi oleh ALLAH
SWT, sebagaimana ayat surat Al-A'Raf tersebut di atas.
cermin kebersihan hati seorang Mursyid yang mukasyafah.
Ketika jama'ah TQN Suryalaya di
suatu kampung mengadakan manaqiban, tiba-tiba masjid tempat dimana acara itu
diselenggarakan dilempari batu oleh orang-orang yang tidak suka dengan acara
tersebut. Karena sedih, beberapa orang jama'ah memutuskan untuk pergi ke
Suryalaya dengan maksud hendak mengadukan prihal tersebut kepada Abah.
Sesampainya di Suryalaya mereka langsung menuju masjid dan berencana akan menemui Abah setelah taushiyah shubuh....dan yang membuat para jama'ah itu kaget adalah dalam taushiyah subuhnya Abah berkata begini:
"Alhamdulillah....semalam di suatu kampung, batu-batu pun ikut berdzikir dengan menhampiri masjid yang di dalamnya diadakan acara manaqib"
Padahal para jama'ah belum menceritakan prihal mereka.
Demikianlah cermin kebersihan hati seorang Mursyid yang mukasyafah.
Sesampainya di Suryalaya mereka langsung menuju masjid dan berencana akan menemui Abah setelah taushiyah shubuh....dan yang membuat para jama'ah itu kaget adalah dalam taushiyah subuhnya Abah berkata begini:
"Alhamdulillah....semalam di suatu kampung, batu-batu pun ikut berdzikir dengan menhampiri masjid yang di dalamnya diadakan acara manaqib"
Padahal para jama'ah belum menceritakan prihal mereka.
Demikianlah cermin kebersihan hati seorang Mursyid yang mukasyafah.
Pangersa
Abah Anom : Kiai Pasak Bumi yang Zuhud
Sesepuh
Ponpes Suryalaya Abah Anom di Ponpes Suralaya, Tasikmalaya, Jawa Barat
Pembimbing Thoriqot Qadiriyah
Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. Memiliki kepedulian
sosial yang tinggi. Menerapkan “Metode Inabah” untuk menyembuhkan para korban
narkoba. Tidak pernah mau bertamu kepada para pejabat.
Seorang pemuda dengan ransel di
pundaknya memasuki sebuah rumah bercat kuning yang di bagian atas pintunya
tertulis kaligrafi : Azzamifthaful Thariqat Qadiriyah wannaqsabandiyah.
Rumah yang disebut madrasah dan bersebelahan dengan Masjid Nurul Ashrar itu,
adalah kediaman Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifi n, pemimpin Pondok Pesantren
Suryalaya.
Pemuda itu bernama Badhrowi, yang
sedang mondok di pesantren tersebut. Ia hendak menemui Ahmad Shohibulwafa, yang
termashyur dipanggil Abah Anom. Saat itu masih sekitar pukul enam pagi. Rumah
Abah Anom sudah ramai dikunjungi tamu untuk berbagai keperluan.
Sebagaimana biasa, jika pulang
kampung, Badhrowi selalu pamit pada Abah Anom dan meminta doa dengan media
sebotol air putih agar selamat sampai tujuan. Momen di penghujung bulan Juni
1997 itu, menjadi salah satu kejadian yang berkesan bagi Badhrowi. Ia yang
hendak menuju tanah kelahirannya, Palembang, di tengah perjalanan, persisnya di
daerah Pelabuhan Merak, ia dicegat oleh beberapa orang pemuda yang berprofesi
sebagai calo. Mereka mencoba memeras dan merampas tas satusatunya milik
Badhrowi.
Pada saat itulah, Badhrowi meminum
air putih yang sudah didoai Abah Anom. Tiba-tiba, calo-calo pelabuhan yang tak
ubahnya preman itu, berubah sikap, menjadi melunak. Mereka segera mencarikan
jalan buat Badhrowi agar menaiki kapal penyeberangan Merak-Bakauheni.
Kejadian unik yang dialami Badhrowi
itu, merupakan satu dari sekian banyak kisah tentang karomah Abah Anom.
Toh, sebagai tokoh agama, Abah Anom lebih dikenal berkat peranan aktifnya di
bidang sosial kemasyarakatan. Semua berawal dari pemahamannya tentang makna
zuhud. Namun, ada pendapat bahwa zuhud itu berarti meninggalkan urusan dunia,
yang berdampak pada kemunduran umat Islam. Sedangkan bagi Abah Anom, “Zuhud
adalah qasr al-’amal. Artinya, pendek angan-angan, tidak banyak
mengkhayal, bersikap realistis.”
Abah Anom (tengah) di pondok
pesantren Suryalaya.
Periode tahun 50-an, adalah masa
yang menentukan bagi Abah Anom. Waktu itu, ia secara resmi menjadi mursyid
(pembimbing) Thoriqot Qadiriyah Naqsabandiyah di pesantren tasawuf
tersebut. Di saat yang sama, Tanah Air tengah berada dalam kondisi rawan dengan
berbagai kekerasan bersenjata antarkelompok, terutama antara DI/TII melawan
TNI. Melihat itu, Abah tak tinggal diam, ia membantu para prajurit.
Sebagai pribadi yang memiliki
kepedulian sosial, Abah Anom pun terlibat langsung dalam pembangunan irigasi,
serta membangun kincir angin untuk pembangkit tenaga listrik. Untuk
mengantisipasi krisis pangan, ia membuat semacam program swasembada beras di
kalangan masyarakat Jawa Barat. Kegiatan itu kemudian menggugah Menteri
Kesejahteraan Rakyat Suprayogi dan Jenderal A. H. Nasution untuk meninjau
aktivitas di Pondok Pesantren Suryalaya.
Di samping itu, Abah Anom juga
mebuat program “rehabilitasi rohani” bagi para mantan anggota PKI.
Kontribusinya itu berhasil mendatangkan berbagai penghargaan dari Jawatan
Rohani Islam Kodam VI Siliwangi, Gubernur Jawa Barat dan instansi lainnya.
Sejak itu, Abah Anom mengembangkan
“metode inabah” sebagai penyembuhan rohani. Tidak hanya sekadar nama untuk
pesantrennya, inabah adalah landasan teoritis untuk membebaskan pasien dari
gangguan kejiwaan karena ketergantungan terhadap narkoba. Orang yang dirawat
dengan metode inabah diperlakukan seperti orang yang dianggap memiliki masalah
kejiwaan. Dan, terapi yang digunakan terhadap mereka adalah melalui zikir.
Menurut Badhrowi, proses yang harus
dilewati terlebih dahulu dalam inabah adalah mandi yang dilakukan di malam
hari. Biasanya, itu dilakukan di atas pukul 12 malam. “Di kemudian hari, oleh
banyak peneliti, metode tersebut dianalisis dan ternyata dapat dibenarkan
secara ilmiah,” ujar Badhrowi. Air di malam hari, ternyata mengandung
molekul-molekul yang baik untuk kesehatan.
Beberapa penghargaan akhirnya
diberikan kepada Abah Anom, khususnya terkait metode penyembuhan terhadap
pecandu narkoba tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Juhaya S. Praja,
1981-1989, sebanyak 93,15% dari 5.845 anak binaan yang mengikuti program
inabah, bisa kembali menjadi normal. Abah Anom mengatakan, makanan tidak halal
adalah salah satu penyebab penyakit. Pada 1980, diadakan lokakarya di pesantren
tersebut yang dihadiri oleh delapan departemen sekaligus, yang merupakan
kerjasama lintas sektoral yang dibuat khusus untuk menanggulangi kenakalan
remaja.
Akhirnya, Januari 2009, Abah Anom
menerima Piagam Distinguished Service Awards dari International Federation
of Non-Government Organitations (IFNGO), Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebuah
penghargaan tertinggi yang diberikan lembaga internasional itu bagi pengabdian
seseorang dalam pemulihan korban narkoba.
Piagam itu diserahkan di Australia
oleh Chairman IFNGO, Dr. K.C. Lam kepada perwakilan Pesantren Suryalaya di
Jakarta, Ir. Ucu Suparta. Abah Anom dinilai telah menyelamatkan nyawa serta
masa depan anak-anak bangsa. Penghargaan itu terlihat dipajang di dinding
ruangan tamu rumah Abah Anom.
Abah Anom adalah pengagum Syekh
Abdul Qadir Jailani, yang antara lain memberikan tuntunan: “Dudukkanlah dirimu
bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan
rasamu bersama Rabbmu.”
Abah Anom adalah ulama kharismatik
yang kepemimpinan dan pengabdiannya di tengah masyarakat, membuat para tokoh di
Tanah Air menaruh hormat kepadanya. Para presiden atau wakil presiden RI bahkan
pernah bertandang ke pesantrennya. Diawali dengan kunjungan mantan Presiden
Soeharto pada 1995. Kedatangan Presiden Soeharto saat itu didamping Moerdiono
yang ketika itu menjabat Menteri Sekretaris Negara. Menjelang pemilihan
presiden 2004, giliran Megawati Soekarno Putri yang datang, didampingi tokoh
Partai Golkar Akbar Tandjung.
Lima tahun berselang, Jusuf Kalla
yang saat itu hendak menyalonkan diri sebagai Presiden pada 2009 juga
mengunjungi Abah Anom. Di tahun yang sama, Presiden SBY pun tak mau
ketinggalan. Sebaliknya, sampai akhir hayatnya Abah Anom tidak pernah
mengunjungi siapa pun pejabat di negeri ini. Kecenderungan itu membuat Abah
Anom juga dijuluki “Kiai Pasak Bumi.” Artinya, Abah Anom hanya akan selalu
menerima tamu di tempatnya ketimbang menjadi tamu di tempat lain.
Sesepuh Ponpes Suralaya Abah Anom di
Ponpes Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (26/6).
Abah Anom meninggal Senin 5
September 2011 sekitar pukul 11.50 WIB atau bertepatan dengan hari Milad
Pesantren Suryalaya 5 September 1905. Sebelumnya, almarhum tidak terbaring
sakit atau dirawat di rumah sakit. Bahkan, ia sempat menerima tamu di
kediamannya. Usai menerima tamu, tiba-tiba ia merasakan sakit. Abah Anom memang
diketahui mengidap penyakit jantung.
Jenazah Abah Anom baru dikebumikan
pada 6 September 2011 di sebuah bangunan dekat dengan makam ayahnya, Syekh H
Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad. Makam keluarga besar Suryalaya terletak di
Puncak Suryalaya atau sekitar kompleks pesantren.
Gandrung Ilmu Tasawuf
Syekh
Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin adalah nama asli Abah Anom. Lahir 1 Januari
1915 di Suryalaya, Tasikmalaya. Beliau anak kelima dari Syekh Abdullah Mubarok
bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya. Sebuah pesantren
tasawuf yang khusus mengajarkan Thariqat Qadiriyyah Naqsabandiyah (TQN).
Abah Anom memasuki bangku sekolah
dasar (Vervooleg school) di Ciamis, pada usia 8 tahun. Lima tahun kemudian, ia
melanjutkan ke madrasah tsanawiyah di kota yang sama. Usai tsanawiyah, barulah
ia belajar ilmu agama Islam secara lebih khusus di berbagai pesantren. Atas
perintah ayahnya, ia melaksanakan riyadoh dan ziarah ke makam para wali sambil
menimba ilmu di pesantren Kaliwungu-Kendal, Jawa Tengah, serta di Bangkalan
Madura bersama kakak kandungnya, H.A. Dahlan, dan wakil Abah Sepuh KH Pakih
dari Talaga, Majalengka. Abah Anom mengakhiri masa lajangnya pada 1938 di usia
23 tahun. Setelah menikah, ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Di Tanah Suci, ia juga memperdalam ilmu tasawuf dan tarekat selama tujuh bulan
kepada Syekh H. Romli asal Garut, wakil ayahnya yang bermukim di Jabal Gubeys,
Mekkah.
•Fauzani
Mufid
BAYANGAN WAJAH ABAH ANOM MEMBUAT SEORANG PEMUDA BERTAUBAT
DARI HOBI MELACUR.
Cerita ini diambil dari ceramahnya
KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya,
Jawa Barat Indonesia.
Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur, pemuda tersebut berniat untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai cara dilakukan untuk menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti. Padahal, pelaksanaan amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para kiai yang pernah dikunjungi dari berbagai daerahpun belum berhasil. Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadloh (latihan) seperti puasa, dzikir, sholat baik yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan lainnya.
Dalam keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Waliullah yaitu Abah Anom dan menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom berkata : “Tidak apa-apa, asal jangan dilakukan didepan Abah”. Setelah itu pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin dzikir TQN untuk diamalkan.
Seperti biasa pemuda tersebut datang ke hotel yang telah
dipesan untuk melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita pelacur. Setelah
siap-siap semuanya, terbesit dalam jiwanya akan bayangan wajah Abah Anom “Asal
jangan dihadapan Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera
meninggalkan hotel. Gagallah keinginan nafsunya.
Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak terbendung. Namun, disaat detik-detik akan melaksanakan maksiatnya muncul wajah Abah Anom “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah”. Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang.
Kejadian itu terus terulang selalu melihat bayangan wajah Abah Anom disaat-saat akan melakukan maksiat dengan pelacur. Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.
Sesungguhnya kejadian itu suatu anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai dengan perantara Mursyid sebagai pilihan-Nya. Subhanallah..
Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya / tanda dari Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda tersebut.
Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 : “Adapun maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat beberapa pendapat. Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat bayangan ayahnya (Ya’kub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah. Menurut sebagian riwayat memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas, maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu raja Qithfir yang seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf. Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir, II / 474) Subhanallah…
sumber : http://kedudukanabahanom.blogspot.com/2010/10/karomah-abah-anom-2.html
Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak terbendung. Namun, disaat detik-detik akan melaksanakan maksiatnya muncul wajah Abah Anom “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah”. Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang.
Kejadian itu terus terulang selalu melihat bayangan wajah Abah Anom disaat-saat akan melakukan maksiat dengan pelacur. Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.
Sesungguhnya kejadian itu suatu anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai dengan perantara Mursyid sebagai pilihan-Nya. Subhanallah..
Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya / tanda dari Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda tersebut.
Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 : “Adapun maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat beberapa pendapat. Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat bayangan ayahnya (Ya’kub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah. Menurut sebagian riwayat memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas, maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu raja Qithfir yang seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf. Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir, II / 474) Subhanallah…
sumber : http://kedudukanabahanom.blogspot.com/2010/10/karomah-abah-anom-2.html
Mengetahui
semua hati muridnya
oleh : H.
Thohir Abdul Qohir
Tersebutlah
seorang kiayi bernama KH.Tohir yang sedang menimba ilmu di salah satu pesantren
di kotanya. Konon Sang Guru yang mengajarkan ilmu di pesantrennya tersebut
melarang Kiayi Tohir untuk tidak menemui seorang kiayi besar yang tinggal di
Suryalaya bernama Abah Anom, apalagi berguru kepadanya.
Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tassawuf yang diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya kiayi Tohir meminta kepada Abah Anom untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di ajarkan dzikir Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam benak kiayi Tohir kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat murka di pesantren dikotanya. Apalagi, setelah di talqin dzikir (pengajaran dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang harus disampaikan kepada guru dipesantrennya.
Ketika kiayi Tohir sedang duduk menunggu sholat berjamaah di Mesjid Nurur Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya sebelum ia kembali bertolak ke kampung halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang.
Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang memarahinya habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu! dalam bahasa Indonesia : “jangan selalu berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu “. Kiyai Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah Anom).
Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya dimanapun mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah
Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid Kammil Mukammil Syekh ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada gurunya. Dan ternyata, diluar dugaan Kiayinya yang dipesantren itu malah memuji Abah Anom bahkan Kiayi Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah Anom sebagai pewaris para Nabi.
Selanjutnya, Kiayi Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir dipercaya menjadi salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang di izinkan untuk mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang membutuhkannya.
Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tassawuf yang diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya kiayi Tohir meminta kepada Abah Anom untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di ajarkan dzikir Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam benak kiayi Tohir kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat murka di pesantren dikotanya. Apalagi, setelah di talqin dzikir (pengajaran dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang harus disampaikan kepada guru dipesantrennya.
Ketika kiayi Tohir sedang duduk menunggu sholat berjamaah di Mesjid Nurur Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya sebelum ia kembali bertolak ke kampung halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang.
Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang memarahinya habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu! dalam bahasa Indonesia : “jangan selalu berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu “. Kiyai Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah Anom).
Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya dimanapun mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah
Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid Kammil Mukammil Syekh ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada gurunya. Dan ternyata, diluar dugaan Kiayinya yang dipesantren itu malah memuji Abah Anom bahkan Kiayi Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah Anom sebagai pewaris para Nabi.
Selanjutnya, Kiayi Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir dipercaya menjadi salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang di izinkan untuk mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang membutuhkannya.
DAGING
BERUBAH JADI MANUSIA
Oleh :
KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul (Ajengan Gaos)
Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis dokter, istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kanker dan harus segera dioperasi.
Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia dengan izin Allah.
Dan ternyata, baru saja istri kiayi Maksum satu langkah keluar dari rumah Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan saja istri kiayi Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri Kiayi Maksum tersebut.
Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya, daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus.
Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. (Abah Anom).
Menyadarkan
kyai sakti
Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama yang dikenal sakti namanya Kyai Jured Pemalang.
Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya.
Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang membawa 70 santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70 santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang telah Beliau sediakan di madrasah.
Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat : “Tentu saja Kiai”. Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu bahasa.
Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis.
Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah “diisi“, yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah .. hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang.
Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya.
Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa, baiklah” selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Abah dan batu itu menjadi air ,subhanallah…
Kiai menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.
Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab: “Masya Allah, kenapa permintaan kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa apa-apa .
Selanjutnya Abah Anom berkata : “ Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita”. Setelah berdoa Beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah didalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiai. Subhanalllah…
Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel, dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah, sungguh diluar jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh dihadapan Kiai dan Beliau
Setelah kejadian itu, Kiai menangis dipangkuan Abah Anom Akhirnya Kiai memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya.
Kiai itu ditalqin dzikir TQN Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada dimesjid. Subhanallah….
Menolong
muridnya (akhwat) yang akan diperkosa dari jarak jauh.
Abdul telah tiada. Bunga di atas kuburan Abdul yang terletak di area kuburan blok Nyongklang Selajambe Kab. Kuningan tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari terpanggang panas terik matahari. Begitu pula gundukan tanah merah tampak terlihat masih basah padahal kuburan sekelilingnya sudah kering bahkan terlihat retak-retak akibat kemarau berkepanjangan.
Sepintas, tak ada yang istimewa pada kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan yang lainnya. Namun sesuatu yang beda akan terasa disana. Wangi bunga akan tercium manakala orang melewati kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang “tertidur” di dalam sana? Inilah kisahnya….
Adalah Abdul, seorang laki-laki yang 3/4 usianya dihabiskan dalam lembah kemaksiatan. Di kota Metropolitan, Abdul menjelma menjadi bajingan yang Super Haram Jadah. Ia adalah jagoan yang tak pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat, Abdul adalah momok yang menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato wanita telanjang itu merupakan sosok penjahat yang super licin yang sulit ditangkap karena kepandaiannya menggunakan jampi-jampi sehingga mampu berkelit dari kejaran aparat. Kapanpun dan dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia lewatkan.
Hingga suatu malam di bulan November 2005….. Niat jahatnya muncul kembali ketika melihat seorang penumpang wanita sendirian di mobil omprengan daerah Plumpang, Jakarta Utara. Bersama dua orang temannya, ditodongkannya pisau ke arah sopir dan kernet yang tidak berdaya menghadapi ancaman tersebut. Keduanya lalu diikat lalu Abdul CS. membawa kendaraan tersebut ke salah satu tempat di Bogor yang sudah mereka persiapkan sebelumnnya.
Sesampainya di tempat, Abdul CS. bermaksud untuk memperkosa wanita cantik tersebut. Dengan cara paksaan, wanita itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu binatangnya. Namun Sinta berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bahaya sambil berteriak : “Abah, Abah, Abah, tolong saya!”. Subhanalloh, atas kehendak-Nya, disaat Abdul akan melampiaskan nafsu kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung” miliknya mendadak terkulai lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu juga kedua temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam keadaan seperti itu, Sinta langsung melarikan diri………..
Setelah kejadian tersebut, Abdul CS mengalami nasib naas. Kemaluannya membengkak dan tiga bulan kemudian, dua orang temannya mati mengenaskan akibat “burung”nya MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa tersebut merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka yang telah diperbuat. Lalu, ia menemuia salah seorang temannya yang sudah terlebih dahulu insyaf dan bertaubat.
Setelah diutarakan maksud dan kedatangannya, teman Abdul tersebut membawanya ke salah satu Majlis Dzikir dan kemudian bertaubat. Melalui Kiayi yang menuntunnya, iapun tahu bahwa taubat tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato yang ada ditubuhnya. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang membaja, Abdulpun mendapatkan Talqin Dzikir dan mengamalkan semua amaliahnya seperti Khotaman meskipun dia hafalkan dari latinnya.
Teman-teman seprofesi dulu di Jakarta banyak yang ia temui sehingga dia memutuskan untuk hijrah dari Jakarta ke kampung halamannya, takut jika niat jahatnya kembali muncul. Di kampung halamannya, masyarakat tidak begitu saja bisa langsung menerimanya, malah menaruh rasa curiga bahkan tak jarang kata-kata pedas sering dilontarkan kepadanya. Berbekal TANBIH dan dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik budi. Sehingga akhirnya masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke jalan yang lurus.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan serabutan lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa melaksanakan amaliah dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di Jakarta. Hingga akhirnya, pada hari Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh, ia dipanggil kembali oleh Allah dalam posisi Tawajuh.
sumber : kedudukanabahanom.blogspot.com/2010/10/karomah-abah-anom-5.html
Mimpi Nabi Isa A.S , akhirnya jadi murid Abah
Kira-kira
pada awal tahun 2000, Masjid Khadijah di Singapura di datangi Ikhwan dari
Jakarta dan beliau di beri peluang untuk menceritakan asal usulnya dan
bagaimana akhirnya jadi ikhwan atau murid Abah. Nama dan identitas beliau tidak
dapat kami umumkan disini. Beliau berkata...lebih kurang maknanya sbb:
Saya berasal dari keluarga India
yang berpegang teguh pada ajaran agama Hindu yang ada di Jakarta. Saya
mempunyai nasib yang jauh lebih baik sebab tiap kali para sama ( Kalau dalam
agama Islam dengan sholat 'istikharah') untuk memilih dan melantik tukang
untuk membuat patung ( tuhan ) , nama saya yang selalu keluar. Sehingga banyak
kuil-kuil di Jakarta yang membuat Patung (Tuhan) adalah saya. Saya lah orangnya
yang lebih tahu bagaimana bentuk dan coraknya , bagaimana jarinya yang
menggenggam , yang terbuka, giginya yang mana satu di taring kan dan yang mana
satu di ratakan.........semuanya ada makna yang dalam , mengikut kepercayaan
orang Hindu.
Agama hindu bagi saya tidak pernah
menjadi keraguan dalam hidup saya. Seiring dengan waktu yang berjalan dan ayah
saya telah berpulang kepangkuan sang Ilahi, maka sayalah sebagai anak sulung
yang pertama kali meletakkan api untuk membakar jasad ayahanda kami. Selepas
upacara pembakaran, saya mula meragui agama Hindu, jiwa saya mula
tertanya-tanya sehingga kebingungan menyelimuti hati saya. Pada saat itu saya
memohon dengan Tuhan Semesta Alam untuk menunjukkan jalan keluar bagi
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab. Dalam agama Hindu, Tuhan
Semesta Alam itu adalah tuhan yang paling Agung dan dialah yang menjaga semua
ratusan tuhan. Tuhan Semesta Alam ini , Kalau dalam Agama Islam disebut Allah
SWT.
Selepas bermohon kepada Tuhan
Semesta Alam, jiwa saya sedikit merasakan ketenangan bathin. Akhirnya saya
memutuskan untuk meninggalkan agama Hindu dan mengkaji Agama lain. Saya berniat
untuk mengkaji agama Buddha & Kristian , tetapi tidak terlintas untuk
mengkaji agama Islam sebab perbuatan orang Islam sudah cukup membuktikan
kesesatan mereka. Jauh sekali agama Islam dalam lubuk hati sanubari saya untuk
mengkajinya.
Untuk lebih memahami ajaran Agama
Budha, maka Saya masuk dan mempelajari sekian lamanya, namun pertanyaan dari
jiwa saya masih belum terjawab. Kemudian saya masuk agama Kristian, sekian
lamanya tetapi kegelisahan dalam jiwa masih ada. Saya mulai bingung dan ragu
dengan Agama budha dan Kristen. Kedua agama ini tidak memberikan kepuasan dalam
hidup saya. Saya mohon kepada Yesus agar berikan pertolongan terhadap masalah
yang meresahkan hidup saya ini.
Pada satu malam yang indah saya
bermimpi didatangi sesosok yang mengaku sebagai Nabi Isa AS. Baginda
seolah-olah memahami apa yang menimpa saya, baginda menghampiri saya dan
langsung memegang dada saya dan membacakan sesuatu yang saya tidak dapat memahaminya.
Ketika itu saya terasa tenang dan bahagia sehingga air mata
menintis...seolah-olah baginda memasukkan cahaya itu ke dalam dada saya. Belum
sempat saya ucapkan terimakasih kepada baginda, baginda telah pergi tanpa
menyebut satu perkataan atau satu pesan apapun kepada saya.
Apabila saya bangun, saya menangis
kerana ketenangan yang sangat dekat itu terasa jauh, pasti akan hilang, dan
pasti bingung akan datang lagi. Saya bertekad untuk melihat kepada kefahaman
orang Islam mengenai Nabi Isa ini, disinilah saya mula memandang agama Islam.
Selepas beberapa kajian dan beberapa tahun saya masuk agama Islam. Saya
merasakan ada sesuatu dalam agama ini yang bisa menjawab atau menenangkan jiwa
saya , tapi masih tidak ketemu sekian lamanya, sehingga teman saya yang bantu
memasukkan saya ke agama Islam ini berpesan kepada saya bahwa..' jangan masuk
ke masjid lain untuk solat, hanya masjid ini sahaja Islam...' Nah , disini saya
tersentak dan mula bertanya kepada orang lain... kenapa ada perbedaan apa
antara masjid ini dan masjid lain...baru saya tahu paham apa yang dimaksudnya
adalah saya Paham Qadyani ( Ahmadiyyah ), akhirnya saya itu juga saya
tinggalkan kepercayaan yang diasingkan oleh seluruh umat Islam Indonesia dan
langsung mencari sumber yang sebenarnya (mainstream)
Pada langkah yang pertama saya masuk
ke masjid mainstream, saya di takdirkan Allah masuk ke masjid yang sedang
berzikir dengan suara yang keras tetapi sistematik, nada mereka serentak dan
terpadu. Ketika mendengar zikir itu hati saya bergelojak hidup , timbul
ketenangan yang kuat, ketenangan yang sama persis ketika saya bermimpi bertemu
dengan Nabi Isa as. Selepas zikrullah saya langsung bertemu dengan pimpinan
zikir itu dan dia menganjurkan saya bertemu dengan guru mereka.
Apabila saya bertemu guru mereka,
itulah detik yang sangat manis dalam hidup saya , seolah beliau itu bapa saya,
begitu mesra dan penuh dengan kecintaan. Itulah dia Abah Anom, saya ambil baiat
dengan beliau dan saya mohon agar Abah mendoakan keluarga saya yang sangat kuat
berpegang dengan ajaran Hindu. Selepas beberapa tahun, terbukti doa Abah sangat
mustajab, hampir semua adik beradik saya (yang keras berpegang dengan ajaran
Hindu ) sudah muslim melainkan ibu saya yang masih belum pada hari ini . Saya
bersyukur kepada Allah kerana telah menjawab permohonan saya sehingga bertemu
dengan agama yang betul di tangan seorang yang sangat betul dalam hal
kerohaniannya. Profesi saya sekarang bisnis dengan permaidani dengan buatan
tangan sehingga berkat doa Abah , saya mempunyai kilang untuk menguruskan
perdagangan ini, dan bisa mengirim ke Masjid Khadijah ini.
Saya makin diperlihatkan karomah
Abah setiap hari dan ramai jugak masuk Islam di tangan beliau. Sebelum saya ke
sini, Abah berkata dengan saya, katanya,..." kamu ini dulu membuat sembahan
orang ( patung ), sekarang ini juga masih membuat bahagian dari sembahan orang
( sejadah )".
Selepas mengamalkan zikrullah hati
saya makin tenang syukur dan saya ingin berpesan kepada para ikhwan Singapura,
walaupun berjauhan dengan Abah, tapi dengan rajin beramal, pasti tercapai
ketenangan yang sama.....saya dapat melihat sekarang ini bahwa agama selain
Islam bukanlah sesat tetapi tidak complete, apabila orang Hindu jumpa saya dan
mereka marah-marah kepada saya sebab meninggalkan agama mereka, saya katakan
kepada mereka...... saya tidak tinggalkan agama Hindu tetapi saya upgrade kan
agama saya dengan mengikuti agama Islam. Ini yang di ajarkan Abah kepada saya.-
Sekian ringkas taklimat beliau.
Semoga Allah swt membukakan pintu
hati mereka-mereka yang mencari kebenaran dan jalan kerohaniannya.
Seekor
Ikan Keluar Dari Cawan Kopi
Cerita
ini alfaqir peroleh dari seorang ikhwan Singapur yang bernama Sheikh Alwi Bin
Sheikh Ali pada tahun 1996. Beliau menceritakan bahawa pernah satu ketika Abah
di datangi seorang kiyai yang ada ilmu sakti beliau menunjukkan kesaktiannya
kepada Abah, tapi dapat di aman kan oleh Abah.
Pak Kiyai ini mencoba Abah untuk
mengeluarkan ilmu kesaktianya, namun Abah merendah diri, tetapi dia masih
meminta dan memohon kepada Abah, lalu Abah tanya apa yang dia mau, Kiyai ini
berkata 'seekor' ikan. Lalu Abah mengisyaratkan dengan tangannya seolah-olah
beliau memancing ikan di hadapannya, maka keluarlah se ekor ikan dari cawan
kopinya Pak Kiyai ini. Ketika itu Pak Kiyai tercengang dan terbelalak, ia tidak
percaya apa yang dia lihat, ada seekor ikan tersebut mengelitik-gelitik keluar
dari cawan yang dia sendiri memintanya. Kemudian timbul keinsafan dalam diri
Pak Kiyai ini dan mohon dari Abah agar ajarkan kepadanya ilmu tersebut, maka
Abah memberikan baiáh zikir kepadanya.
Semoga Allah SWT merahmati semua
para mursyid yang meneruskan memikul amanah 'cahaya haqiqah' dari satu jenerasi
ke satu jenerasi yang lain.
Didatangi 100 Ulama yang akan mencoba kefahaman Pangersa Abah
Manqabah
ini bersumberkan dari seorang ikhwan yang tidak mahu dikenali. Beliau adalah
murid Abah di Singapura, yang paling banyak melihat karomah Abah dengan mata
kepalanya sendiri secara langsung dan bukan hanya menerusi mendengar dari orang
lain.
Sehingga beliau tidak mempunyai ruang dalam dirinya yang mengkhuatiri kewalian Abah walaupun banyak para guru yang hebat-hebat beliau telah ketemui sejak zaman mudanya.
Selepas keperrgian Pangersa Abah, kita tidak seharusnya bersedih terus-terusan, malah kita seharusnya bersyukur kepada Allah terus-terusan dimana Allah sempat menemukan dalam hidup kita seorang 'wara' Nya yang sangat hebat ini, dan lebih dari itu belajar dan ambil zikrullah darinya.
Kejadian ini saya lihat sebelum tahun 1995 dimana Abah mula uzur . Rombongan itu terdiri dari para ulama / kiyai kebanyakanya dari Bandung dan juga dari berbagai tempat, kelihatan mereka sudah menyiapkan soalan-soalan masing-masing untuk ditanyakan kepada Abah, masalah-masalah fiqih dan sebagainya- yang rumit-rumit dan payah-payah agar Abah tidak berdaya dalam menjawabnya dan mereka juga merekamnya, dengan seperti itu mereka bermaksud untuk menjatuhkan intellektual Abah dan menyebarkannya. Jumlah mereka yang ada dalam rombongan ini kurang lebih 100 orang.
Wakil dari rombongan itu memulai dengan kata-kata yang indah apabila sudah sampai berhadapan dengan Abah di Madrasah Suryalaya. Kata-katanya manis bak madu yang tumpah... bagaikan pembuka tirai bersilaturahim. Selepas itu Abah menyambut kata-kata aluan mereka, Abah turut menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka dan Abah juga turut perihatin maksud mereka ke Suryalaya .
Abah mengatakan bahawa ‘Abah masih belajar’ dan Abah mengamalkan apa yang diajar oleh ayahandanya. Suasana tegang bertukar jadi hening dan terharu hanya dengan beberapa kata-kata Abah yang merendah diri itu, mereka kelihatan melinangkan air mata mendengar ucapan Abah yang merendah diri, akhirnya mereka semua menangis dan minta Abah baiátkan zikir. Pada awalnya mereka bersemangat untuk bertanya dengan niat yang tidak baik tetapi bertukar menjadi insaf dan taubat.
Kejadian seperti ini sama persis berlaku pada zaman Tuan Sheikh Abdul Qodir Jailani qs apabila beliau didatangi 100 ulama dari Baghdad dengan niat mencoba kefahaman agamanya, Tuan Sheikh menjawab semua soalan-soalan mereka satu persatu sebelum mereka mula membuka mulut untuk bertanya. Nah, disini terlihat cara yang sama berlaku antara Abah dan Tuan Sheikh hanya Abah bertindak dengan cara yang berlainan dari cara Tuan Sheikh kerana beliau mengambil sikap merendah dirinya dengan Tuan Sheikh .
Semoga Allah SWT mencururi rahmat dan KeredhaanNya kepada Abah dan para wakilnya, kerana telah berpenat lelah dan bersusah payah membimbing umat ke jalan yang diredhaiNya.
Gambar sisipan adalah gambar
Madrasah Pondok Pesantren Suryalaya, di mana semua para tetamu Abah di sambutin
dan di situ juga mereka yang meminta bai'at akan di bai'atkan.
Pendekar
Silat Ter pelanting
Kami
mendapatkan kisah ini dari seorang ikhwan Singapur yang melihat dengan mata
kepalanya sendiri kejadian yang sangat ajaib ini. Beliau tidak mengizinkan
namanya serta gambarnya di siarkan dalam blog ini.
Kira-kira pada tahun 1972, beliau
sedang duduk-duduk bersama teman seorang dua dengan Abah di dalam madrasah,
tiba-tiba pintu masuk yang berdekatan dengan tangga naik di tendang dengan
sangat kuat sehingga terbuka pintu tersebut. Kata ikhwan ini , saya melihat
seorang pendekar yang sangat hebat dan gerun kerana dia memakai pakaian
pendekarnya yang lengkap serta benar-benar bersedia untuk menyerang.
Kata beliau, jika dia menuju ke
Abah, saya rasa tenang sedikit tetapi jika dia menuju ke arah saya, habis semua
cerita....! sambil berjenaka.
Abah dengan tenang menegur saya
beserta teman disebelah : 'Ya jangan tengok, tutup matanya ( zikir ) khafi
terus, bantu-bantu Abah...'
Pendekar ini kemudian menyeret
kakinya kebumi pada setiap langkah kiri dan kanannya sambil membuka jurusan
silatnya menuju ke Abah,...baru kami tahu bahawa dia memang berniat untuk
menyerang Abah, tapi Abah dengan tenang duduk di tempatnya bersila sambil
mengingatkan ikhwan untuk teruskan zikir khafinya.
Apabila, si pendekar ini dekat pada
Abah kira jarak lagi 6 atau 7 langkah lagi, beliau terpelanting ke belakang dan
jatuh rebah. Pendekar ini bangun semula dan membuat serangan keduanya, namun
apabila sambil di lokasi yang sama tadi, beliau terpelanting ke belakang lagi.
Semangatnya kuat dan buat kali ketiganya beliau bangun dan menguatkan
jurusannya agat tidak gagal lagi. Apabila sampai ke lokasi atau garisan tadi,
beliau terpelanting lagi dan terus pengsan.
Suasana sangat tengang tetapi zikir
khafi sangat menenangkan. Abah memanggil petugas madrasah Almarhum Wak Din (
beliau juga adalah bekas pesilat dan berbadan besar yang telah berkhidmat
dengan Abah sekian lamanya) untuk mengambil air untuk Abah membacakan dan untuk
disapukan air tersebut ke muka pendekar yang pengsan itu. Sebaik sahaja pendekar
itu di sapu Wak Din dengan air tersebut, beliau tersedar dari pengsannya dan
terus menangis meminta ampun kepada Abah dan menyerah diri untuk menjadi murid
Abah. Kemudian Abah mentalqinkannya zikir dan beliau menjadi ikhwan. Kurang
pasti samada beliau ini masih hidup atau sudah pulang kerahmatullah.
Semoga Allah swt membantu terus
kepada para hambaNya yang menjalankan amanah untuk hidupkan amalan zikrullah
yang diperolehi secara tradisi ini dari satu guru ke satu guru sehingga ke
Kanjeng Nabi S.A.W yang kami cintai, Ameen......
inilah dia 'sunnah' yang kita pertaruhkan pada akhir zaman...bukan mazahirnya
sahaja tetapi jawahirnya.
Cara Abah
Berjampi Air Sangat Unik
Ramai
yang telah berkunjungan ke Abah di Suryalaya dapat melihat bagaimana Abah
membaca jampinya ( ruqyah ) ke atas air yang di hajatkan sesuatu. Malah para
jamaah beratur dengan barisan yang panjang untuk mendapatkan barokah jampiannya
yang sangat unik.
Kebanyakkan waktu jampinya sangat
cepat, mungkin beliau menggunakan ilmu ma'rifahnya dalam mengisikan air untuk
diberkatin. Apabila gelas atau cawan yang di hadapkan di hadapan Abah, Abah
hanya setakat memegang bibir cawan sahaja , kemudian beliau katakan ''udah'',
sebagai tanda selesai dan pemohon boleh beredar untuk memberi lalun kepada yang
lain.
Ada yang dari jauh belum sampai di
hadapannya, beliau isyaratkan dengan tangannya sambil dikatakan ''udah'', ada
pula yang datang dekat lalu di celupin jari telunjuknya dan ada juga yang
dibacakan sesuatu dengan agak lama sedikit.
Dalam tahun 2001, alfaqir pernah
berjunjungan ke Abah dan berpeluang untuk memberi Abah segelas susu untuk
dibacakan atas niat tabaruk dalam thoriq, maka beliau membacanya sehingga
hampir 15 minit lamanya, yang aneh tiada orang yang berhajat ketika itu untuk
berjumpa dengan Abah.
Teknik-teknik ruqyah Abah ini sangat
terkenal sehingga menjadi cerita-cerita di bibir para murid. Namun masih juga
ada individu-individu yang kurang senang dengan cara Abah berjampi demikian.
Di khabarkan kepada alfaqir oleh
seortang ikhwan yang enggan nama dan gambarnya disiarkan dalam blog ini, sebaik
sahaja beliau pulang dari menziarahi Abah, ada kejadian berlaku.
"Ada seorang yang datang ke
Suryalaya berhajat untuk minta dari Abah untuk di bacakan dalam botol airnya.
Abah tunaikan hajatnya selepas mendengar permohonannya dengan hanya memegang
bibir botol itu dengan mengatakan "udah''.
Si fulan ini, mungkin kali pertama
melihat Abah jampi air, bersungut dan tidak senang dengan cara Abah itu.
Seolah-olah mencurigai sambil merasakan apa yang dibacakan,...apa yang
dilakukan, ngak ada apa-apa...! Lalu beliau selepas keluar dari Madrasah
Suryalaya berjalan di lorong-lorong itu terlihat banyak kolam ikan...di
tuangnya air dalam botol yang telah di jampikan Abah itu dengan merasakan ngak
ada apa-apa air ini..hanya memegang botol 1, 2 saat.....'
Tidak lama kemudian, beliau datang
semula ke kolam yang sudah dikeromoni orang kerana mereka melihat ikan-ikan
dalam kolam tersebut timbul mati.
Baru beliau tahu betapa kuatnya
jampian tersebut. Amanah manusia tidak bisa di angkat oleh haiwan, malah gunung
ganang pun ngak bisa...satu renungan buat kita semua.
Semoga Allah SWT merahmati Abah Anom
yang telah banyak membantu masyarakat Islam kita semua tanpa jemu-jemu sehingga
akhir-akhir umurnya, di atas kerusi roda pun masih demikian.
Pandangan
Habib Ali Batu Pahat Terhadap Abah Anom
Satu
makluman kami perolehi dari Alfadhil Ustaz Mukhtar Bin Habib ketika beliau
berkunjungan ke Batu Pahat menziarahi Almarhum Habib Ali. Almarhum Habib Ali
adalah salah seorang wali Allah dan ahli mukasyifiin dari para hambaNya.
Alfaqir sendiri sudah tiga kali menziarahi beliau, pada awalnya tahun 1997.
Ramai yang tidak mengenal Habib Ali
ini sehingga Almarhum Al-Allamah Habib Omar bin Abdullah Al-Khatib
mengkhabarkan kewaliannya kepada para muridnya di Singapura. Selepas kewafatan
Habib Omar, barulah para murid berkunjungan ke rumah Habib Ali ini. Nama
penuhnya ialah Almarhum Habib Ali bin Jakfar bin Ahmad bin Abdul Qadir Alaydrus
Rumah Habib Ali yang sangat
sederhana itu sentiasa penuh dengan para tetamu dari Singapura. Antara
karomahnya, apa yang kita bicarakan dalam perjalanan ketika menziarahinya,
nanti sesudah berjumpa dengan beliau, selepas beramah mesra, beliau akan
membawa perbualan yang seolah-olah menyambung perbualan yang di ucapkan dalam
perjalanan.
Almarhum Habib Ali, sangat teliti
dan halus perhatiannnya, beliau selalu memilih perkataan yang tepat untuk
berbicara agar tidak keterlaluan atau berkurangan dalam ekspresinya.
Di khabarkan kepada kami , bahawa
Ustaz Mukhtar apabila meneruskan pengajiannya di Pondok Pesantren Suryalaya,
beliau berkunjungan ke Batu Pahat menziarahi Habib Ali untuk mendapatkan doa
beliau. Pada tahun 2004 atau 2005, Ustaz Mukhtar ketika pulang bercuti ke tanah
air ( Singapura ) , beliau menziarahi Habib Ali lagi. Apabila ditanya oleh
Habib Ali mengenai tempat pengajiannya, Ustaz Mukhtar menjawab bahawa beliau
belajar di bawah bimbingan Abah Anom. Apabila Habib Ali mendengar nama Abah
Anom beliau mengatakan :
" Abah Anom adalah penegak
agama Islam'.- tamat kata-kata almarhum habib.
Kata-kata Habib Ali mengembirakan
Ustaz Mukhtar kerana Habib Ali sangat teliti orangnya dalam memberikan komentar
atau maklumat, ditambahkan lagi beliau seorang wali Allah.
Penegak agama Islam dalam istilah
Tasauf yang terdekat ialah sebutan 'Muhyiddin'' yang berarti 'Penghidupkan
Agama''. Dengan seseorang itu berjaya menghidupkan agama artinya dia telah
menegakkan agama, dan jika seseorang itu mematikan nilai-nilai agama artinya
dia telah menghancurkan agama.-Alfaqir
Mungkin tak banyak orang yang tahu
bahwa Habib Ali Batu Pahat ini dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat, pada tahun
1919. Sebagian keluarganya saat ini juga masih berada di sana.
Tahun 1926, yaitu saat berumur tujuh
tahun, ia tiba di Singapura. Tapi hanya sebentar, lalu ia kembali lagi ke
Indonesia. Tahun 1929, untuk kedua kalinya ia datang ke Singapura dan kemudian
menetap di sana hingga tahun 1942.
Di Singapura, ia tinggal bersama ayah dan kakaknya, Habib Abdul Qadir bin Ja’far Alaydrus, di sebuah rumah di Arab Street. Ketika itu sang kakak barn datang dari Hadhramaut. Berdasarkan cerita yang pernah disampaikan Habib Ali sendiri, kedatangan sang kakak mendapat sambutan yang amat hangat dari penduduk Singapura pada saat itu. Habib Abdul Qadir sendiri wafat di Purwakarta dan dimakamkan di sana.
Tahun 1942, Habib Ali hijrah ke Batu Pahat, Johor, Malaysia sehingga hari wafatnya. Semasa hidupnya di negeri rantaunya yang baru ini, Habib Ali menjadi tempat mengadu berbagai permasalahan banyak orang, temasuk para muslimin Singapura.
Ayah Habib Ali, Habib Ja’far bin
Ahmad Alaydrus, datang ke Singapura dari Purwarkarta dan menetap di Negeri
Singa itu selama beberapa tahun pada tahun 1930-an dan tinggal di Lorong 30 Geylang.
Habib Ja’far kembali ke Hadhramaut pada tahun 1938.
la wafat pada tahun 1976 di kota
Tarim. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Zanbal, berdekatan dengan makam
datuknya, Habib Abdullah Alaydrus.
Habib Ali wafat sekitar pukul 17.10 atau 17.15 petang pada hari Kamis 28 Jumadil Awal 1431 atau 13 Mei 2010 dalam usia 91 tahun.
Syed Ibrahim dan Syed Ja’far,
keduanya cucu Habib Ali, dari putranya yang bemama Syed Husein, di sampingnya
ketika itu. Hari wafatnya ini menjelang lima hari sebelum haul ayahandanya,
Habib Ja’far bin Ahmad, yaitu pada 3 Jumadil Akhirah.
Dari saat Habib Ali wafat waktu dimandikan keesokan harinya, jenazahnya tak putus-putus dikunjungi ribuan manusia dari segala penjuru dan lapisan masyarakat, terutama dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Di antara yang hadir menyampaikan ta’ziyahnya pada saat itu adalah Syed Hamid bin Ja’far Al-Bar, mantan menteri luar negeri dan menteri dalam negeri Malaysia.
Begitu juga bacaan Al-Quran, Yaasin,
dan tahlil tak putus-putusnya dibacakan hingga jenazahnya usai dimandikan oleh
keluarga sekitar pukul 09.30, Jum’at pagi.
Karena begitu banyaknya penta’ziyah yang datang untuk dapat menghadiri prosesi shalat Jenazah, akhirnya jenazah Habib Ali dishalatkan sebanyak dua kali. Pertama, sebagaimana wasiatnya, dishalatkan di dalam rumah, yang diimami oleh Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Alaydrus, dan kedua di luar rumah, dengan imam Habib Hasan bin Muhammad bin Salim Al-Attas.
Jenazahnya kemudian dimakamkan
sebelum shalat Jum’at, 29 Jumadil Awal 1431 H/14 Mei 2010, di Tanah Pekuburan
Islam Bukit Cermai, Batu Pahat, Johor, Malaysia. Habib Umar bin Hamid AI-Jilani
dari Makkah yang membacakan talqin pada saat itu.
Berkat Doa
Abah - Hidupku Berubah
Manqabah
kali ke 19 ini ditulis dengan penuh kesyahduan, jari-jari yang menaib ini tidak
secepat semalam, Abah telah meninggalkan kita pada tanggal masehi dimana Pondok
Pesantren Suryalaya dibangunkan iaitu 5 September.
Telah perginya seorang yang tidak tidur selama 35 tahun pada awal kepimpinannya menjadi khalifah. Telah perginya seorang yang duduk terus menerus di atas kerusinya bersabar dengan fizikalnya selama 16 tahun di akhir hidupnya.
Telah perginya seorang yang tidak tidur selama 35 tahun pada awal kepimpinannya menjadi khalifah. Telah perginya seorang yang duduk terus menerus di atas kerusinya bersabar dengan fizikalnya selama 16 tahun di akhir hidupnya.
Beberapa tahun yang lalu, seorang
pakar perubatan menawarkan perkhidmatannya secara percuma kerana ingin melihat
Abah bangun berjalan, namun beliau menggeleng kepalanya sambil berkata :
Jantungnya berdenyut bagaikan pemuda 25 tahun tapi fizikalnya lemah selemah seorang
yang berumur 300 tahun. Isnin lalu Abah meninggal dunia tanpa sebarang penyakit
dalam usia 96 tahun.
Alfaqir mengambil baiáh zikir pada
tahun 1982 dalam usia 13 tahun dengan Almukaram Ustaz Hj Ali di Singapura,
tetapi lebih awal dari itu alfaqir sudah bermain-main dirumah beliau di Geylang
Serai seawal tahun 1979 mengikut bapa alfaqir Tuan Hj Saleh Khan Surattee yang
aktif disana dengan Almukaram.
Pada tahun 1983, alfaqir berpeluang
ikut berangkat ke Suryalaya dengan keluarga, gembira terasa amat sangat ,
terutama apabila hajat kita untuk Abah doakan termakbul, sudah banyak terdengar
di bibir-bibir para ikhwan hal demikian dan terjadi kemakbulannya, ada yang tak
dapat anak, apabila Abah doakan kemudian dapat anak, ada yang sekian lama tak
dapat jodoh, bila Abah doakan dapat, dan macam-macam lagi. Dalam bersiap-siap
untuk berangkat, alfaqir mencari-cari hajat mana satu yang harus alfaqir
tanyakan agar di doakan Abah, masih belum ketemu mungkin kerana usia yang masih
muda.
Apabila mula berangkat di airport
Changi, abang ipar alfaqir Hj Mohd Tahir yang tidak sempat berangkat sama ke
Suryalaya berpesan ke telinga alfaqir,..'Ghouse minta Abah doakan faham bahasa
Arab !...Alfaqir terasa gembira dan senang kerana ianya adalah satu permintaan
yang sangat sesuai.' Pada ketika itu alfaqir masih di sekolah sekular Whitley
Secondary School dan tidak ada sebarang asas dalam bahasa Arab, tetapi telah
mula belajar bahasa Arab fe'lu maadhi dan fe'lu mudari dengan Almukaram Ustaz
Hj Ali di rumahnya di Bedok Blk 543 ketika itu.
Apabila sudah berada di Suryalaya,
alfaqir berpeluang memohon pada Abah agar Abah mendoakan saya agar faham dalam
bahasa Arab. Apabila Abah mendengarkan hajat alfaqir itu, beliau terus berkata
dengan penuh kegembiraan : 'Waah bagus niat itu', Ye Abah doakan''. Alfaqir
turut gembira dengan kegembiraan Abah, kemudian Abah bertanya alfaqir :
''apakah sekarang kamu sedang belajar bahasa Arab ?'Alfaqir menjawab dengan
spontan 'Ye dengan Ustaz Ali." Mendengarkan jawabannya Abah bertambah
gembira dan menyebutkan... Ábah doakan'.
Selepas 2 tahun dari detik-detik
manis itu, alfaqir beranikan diri memohon agar dapat menyertai pengajian di
Madrasah Aljunied Al-Islamiah di Singapura - -sebuah sekolah yang sangat
terkemuka dalam bahasa Arab yang hanya menerima penyertaan dari murid-murid
yang sudah ada asas dalam bahasa arab.
Alhamdulilah, berkat doa Abah,
alfaqir diterima untuk menyambung belajar di Madrasah Aljunied tanpa pendidikan
asas dalam bahasa arab ketika itu . Satu perkara yang sangat mengkagumkan dan tidak
pernah berlaku dalam tradisi Madrasah tersebut. Malah dalam 6 tahun sahaja,
alfaqir dapat selesaikan semua peringkat pengajian di madrasah tersebut yang
biasanya di lalui murid biasa selama 12 tahun sebelum tamat madrasah.
Berkat doa para solihin ini
terbukti, sangat berkesan, apabila dibuka kan kefahaman yang luas dalam bahasa
Arab sehingga pada tiap tahun alfaqir menyandang posisi pertama atau kedua di
dalam darjah...tidak pernah posisi ketiga,....Alhamdulilah...
Lebih dari itu, alfaqir sangat
tersentuh apabila berjaya dapat sambung belajar ke Mesir dengan biasiswa , ke
Universiti Al-Azhar dan di terima masuk ke kuliah Lughatul Arabiah -bahasa
Arab. Alhamdulilah, ni'mat kebersamaan dengan orang solih, manfaatnya jalan
terus hingga ke hari ini dan mendapat pengetahuan dari kitab-kitab Arab secara
santai pada hari-hari biasa hari ini...
Prof Drs
Haji Aboebakar Atcheh
Seorang tokoh agama, ulama, pemimpin pertubuhan Islam dan penulis yang tak asing lagi dalam masyarakat kita, beliau adalah Prof Haji Aboebakar Atjeh yang dilahirkan pada tahun 1909 dan wafatnya diperkirakan jatuh pada tahun 1979 .
Siapa yang dapat menyangka tokoh agama dan ulama ini - yang mempunyai lebih dari 19 karya penulisan agungnya, pemimpin pertubuhan yang besar di Indonesia , pernah menentang Tasauf dan Thoriqah , akhirnya menyerahkan diri untuk beramal dengan amalan berthoriqah.
Dikatakan, Almarhum Prof Aboebakar
Atjeh, dalam tahun-tahun kegemilangannya dalam kepimpinannya, menentang ajaran
Tasauf dan Thoriqah khusus di Indonesia , dalam masa yang sama beliau mencari
seorang guru mursyid yang asli dalam senyap. Beliau telah bermusafir ribuan
batu jauhnya meninggalkan tanah air kerana kehausan rohani dalam
hidupnya.
Bagi Alfaqir, riwayat hidup Almarhum
Prof Aboebakar ini sama persisi seperti riwayat hidup Imam Al-Ghazali, yang
pada awalnya menentang Tasauf tapi kemudian mencari dan akhirnya bertemu dengan
orang yang di cari-cari. Almarhum Prof Aboebakar Atjeh telah ke India, China,
Turkey dan lain-lain Negara Arab/ Islam dalam mencari seorang guru mursyid yang
asli, bertahun lamanya, beliau hidup dalam bermusafir dalam kehausan rohani.
Pada tahun 1976 , ketika almarhum mengunjungi tempat kami di Singapura beliau menceritakan dengan titisan air mata kekesalan dan terharu atas ni’mat Allah , bahawa beliau bersyukur bertemu dengan guru mursyid yang beliau sendiri letakkan ciri-cirinya berdasarkan kajiannya itu, akhirnya berhasil, bila ditanya oleh ikhwan kami Hj Yahya Hanafiah - dimana Almarhum menginap selama seminggu dirumahnya ( gambar photo Hj Yahya no 4 dari kiri ) ,
Pada tahun 1976 , ketika almarhum mengunjungi tempat kami di Singapura beliau menceritakan dengan titisan air mata kekesalan dan terharu atas ni’mat Allah , bahawa beliau bersyukur bertemu dengan guru mursyid yang beliau sendiri letakkan ciri-cirinya berdasarkan kajiannya itu, akhirnya berhasil, bila ditanya oleh ikhwan kami Hj Yahya Hanafiah - dimana Almarhum menginap selama seminggu dirumahnya ( gambar photo Hj Yahya no 4 dari kiri ) ,
Kenapa bapak kelihatan kesal lebih
dari gembira ? ‘Jawab Almarhum : ‘Bapak berjumpa guru mursyid dalam negeri
sendiri, bapak jumpa Abah, dalam usia sisa-sisa ini dan sudah tidak boleh buat
apa-apa lagi, jika bapak masih muda lagi, pasti banyak bapak boleh bantu
Abah....’’ kata-kata Almarhum yang di akhiri dengan tangisan tanpa suara yang
memberikan kesan kepada sekeliling yang mendengar dan mereka juga melinangkan
airmata
Perjuangan ilmiah Almarhum tidak habis begitu sahaja, Abah memintanya agar di terjemahkan kitab Miftahus Sudur yang berbahasa Arab ke bahasa Indonesia. Almarhum sempat menterjemahkannya dengan baik dan sempurna , sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sehingga hari ini, jariah Almarhum masih berjalan terus kerana kitab ini telah dapat dimanfaatkan lebih dari 5 juta para ikhwan Indonesia ( catatan statisktik 1987 ) yang mengamalkan thoriqahnya dan berapa banyak lagi yang dapat manfaat dari kitab ini dari para pembaca umat Islam secara umum tidak dapat kita mengagaknya.
Penerimaan Almarhum dan baiáhnya ke dalam Thoriqah Qodiriyah Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya , membataskan bagi dirinya ciri-ciri guru mursyid pada awalnya berdasarkan kajian ilmu Tasauf, sehingga bertahun-tahun hidup kehausan dalam bermusafir, melambangkan kehebatan dan ketepatan ilmunya dan sekaligus adalah isyarat kepada karomah Abah Anom.
Semoga Allah mencucurkan RahmatNya kepada Almarhum Bapak Professor Haji Aboebakar Atjeh, Alfatehah .......
Perjuangan ilmiah Almarhum tidak habis begitu sahaja, Abah memintanya agar di terjemahkan kitab Miftahus Sudur yang berbahasa Arab ke bahasa Indonesia. Almarhum sempat menterjemahkannya dengan baik dan sempurna , sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sehingga hari ini, jariah Almarhum masih berjalan terus kerana kitab ini telah dapat dimanfaatkan lebih dari 5 juta para ikhwan Indonesia ( catatan statisktik 1987 ) yang mengamalkan thoriqahnya dan berapa banyak lagi yang dapat manfaat dari kitab ini dari para pembaca umat Islam secara umum tidak dapat kita mengagaknya.
Penerimaan Almarhum dan baiáhnya ke dalam Thoriqah Qodiriyah Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya , membataskan bagi dirinya ciri-ciri guru mursyid pada awalnya berdasarkan kajian ilmu Tasauf, sehingga bertahun-tahun hidup kehausan dalam bermusafir, melambangkan kehebatan dan ketepatan ilmunya dan sekaligus adalah isyarat kepada karomah Abah Anom.
Semoga Allah mencucurkan RahmatNya kepada Almarhum Bapak Professor Haji Aboebakar Atjeh, Alfatehah .......
Prof Dr Haji Abdul Malik Karim
Amrullah - Hamka
(Oleh : Ikhwan SIngapura)
‘’Hamka’’ adalah ringkasan dari nama penuhnya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Lahir di desa Tanah Sirah, Sungai Batang, Maninjau, Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, pada tanggal 16 Februari 1908 atau bertepatan dengan 13 Muharram 1326 H.
Siapa sangka mantan pemimpin Pertubuhan Islam Muhammadiyah Buya Hamka ternyata mengikuti Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah dari Pondok Pesantren Suryalaya. Ketua MUI ( Majlis Ulama Indonesia ) pertama ini berbaiat kepada Abah Anom, mursyid thoriqah dari Pesantren Suryalaya Tasikmalaya lebih kurang pada awal tahun 1981. Ketika itu ayahanda Alfaqir, Hj Saleh Khan berada di Suryalaya menziarahi Abah Anom dan beliau mengkhabarkan kami bahawa apabila upacara baiát mengambil tempat, Abah dan Hamka masuk ke ruang pekarangan keluarga dan di tutup pintunya agar tidak di lihat-lihat orang semasa baiát di jalankan nanti. Ini cara terhormat bagi para ulama mengambil baiát.
Perkara yang sama ini juga dilaporkan oleh Dr Sri Mulyati, pengajar tasawwuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baru-baru ini, sambil berkata : ‘Ini penelitian pribadi saya ketika menyelesaikan disertasi, ada fotonya ketika Buya Hamka berbaiat dengan Abah Anom.
Ketika Buya Hamka berkunjungan ke Singapura pada tahun 1981, alfaqir sempat mendengar ceramahnya di Masjid Muhajirin, masih teringat jelas kata-katanya dan penjelasannya yang menunjukkan beliau sudah berbaiát dengan Abah, ketika dalam ceramahnya beliau berkata :
‘Dalam berzikir kepada Allah ada kaifiatnya kemana di palingkan kepalanya, dari bawah dahulu kemudian ke atas, lalu ke kanan dan kemudian ke kiri. Bukan sebarangan..mengeleng ketika lafaz nafi, meng ‘ia’ ketika lafaz isbat.., .beliau berkata secara gurauan’- lebih kurang maknanya.
Majlis tersebut adalah majlis ceramah beliau terakhir di Singapura yang dihadirikan oleh ribuan para jamaah yang mengejarnya untuk bersalaman, alfaqir berjaya dalam gelutan manusia untuk bersalaman dengannya...alhamdulilah.
Mantan Ketua Umum Fatayat NU - Dr Sri Mulyati menuturkan, Buya Hamka sendiri pernah berujar di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya bahwa dirinya bukanlah Hamka, tetapi Hampa. Katanya lagi : ’Saya tahu sejarahnya, saya tahu tokoh-tokohnya, tetapi saya tidak termasuk di dalamnya, karena itu saya mau masuk’. Akhirnya beliau masuk, karena mungkin haus spiritual. Buya Hamka berkata: ‘diantara makhluk dan kholik itu ada perjalanan yang harus kita tempuh. Inilah yang kita katakan thoriqoh.’
Hamka memang dikenali memahami dunia tasauf. Salah satu karyanya adalah Tasawuf Modern, yang mengupas dunia tasawuf dan penerapannya pada era modern ini. Masih ada satu lagi karya tasaufnya yang terakhir belum dicetak. Buya Hamka wafat pada 24 bulan Julai tahun 1981 bertepatan dengan bulan Ramadhan dalam umurnya 73 tahun masehi. Seluruh ikhwan TQN Indonesia, Singapura dan Malaysia menunaikan solat Ghaib baginya sebagaimana yang diminta Pondok Pesantren Suryalaya.
Tersebut kisah dalam facebook teman saya bernama Nen Maarof bahawa......"
Buya Hamka pulang dari Mekah dan melawat Pondok Persantren Suryalaya (PPS). Katanya mendapat petunjuk Baginda saw agar melawat seorang hamba ALLAH yang ikhlas. Bila tiba di PPS..didapati..kiyai mursyid disitu "sempoi" sahaja...tak berjubah, serban dan berjenggot macam fahamnya tentang sunnah. Para santri yakni muridin pun biasa saja...
Maka dimohon izin untuk membetulkan keadaan pada pak kiyai mursyid itu...Maka dikisahkan 3 hari 3 malam..Buya Hamka asyik bagi ceramah jer...pelbagai ilmu khasnya tasauf yang mencakupi sunnah dan adab dicurahkan...pelbagai kesilapan pada persepsi beliau cuba dinasihati dan diperbetulkan..
Sehinggalah pada hari Buya Hamka ingin pulang...maka Pak Kiyai Mursyid pun memeluknya dan berkata..."Ucapan jutaan terima kasih atas banyak ilmu yang telah dicurahkan....tapi Abah mohon Buya katakan pada Abah...bagaimana mahu diamalkan semuanya...Abah sendiri tidak mampu, apatah lagi para santri sekalian...mohon ditunjuki ya Buya..."
maka ketika itu...tiba tiba..Buya Hamka tersedar..dn menangis terisak isak serta melutut pada Pk Kiyai Mursyid..."benar Abah...ilmu yang banyak tidak guna jika tak dapat diamalkan....Maka sekarang saya pula mohon Abah tunjukkan sebaik baik amalan...Maka Buya Hamka pun ditalqinkan dengan kalimah Ikhlas...La Ila Ha Ilal ALLAH"
Akhir hayat...sebelum Buya Hamka meninggal...beliau pergi berkhalwat khusus pada Muryid di PPS...maka seminggu sebelum masa itu tiba..Maka Kiyai Mursyid menyuruhnya pulang ke rumah....Selesaikan segala urusan wasiat pada keluargamu...dan tumpukan tawajuh sepenuhnya agar baik serta mulia kembalinya...masamu selepas solat Jumaat.
Maka selesai solat jumaat...maka kembalilah Buya Hamka ke rahmatullah...dengan akhir kalam kalimah ikhlas yang dimuliakannya sebagai amalan harian....Cuma mejadi isu kerana jari telunjuk kananya masih gerak gerak sedangkan doktor sudah mengesahkan kematiannya.....seperti isyarat bertasbih.
Maka dilaporkan pada Kiyai Mursyid. Maka Kiyai Mursyid dengan tersenyum.. menghantar wakilnya....Setibanya sang wakil...lantas memberi salam pada jenazah..dan mengatakan.."udah udah..ruhmu dan nyawamu sudah kembali..jasadnya harus tenang...jangan mencarik adat..." maka hentilah jari yang bertasbih itu.
Al Fatihah kepada Buya Hamka...semoga digolongkan dalam golongan solihin. Amin.Amin Amin.-Tamat nukilan dari Nen Maarof
Penyertaan Buya Hamka ke Thoriqah Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya bukan sahaja satu pencapaian murni bagi Buya Hamka sahaja, demi rohaninya, tapi ianya juga salah satu karomah Abah Anom... gai mana menumpahkan keinsafan kedalam diri manusia, apalagi ulama.
Ini gambar Buya Hamka di beri Abah sebatang tongkat dan sebuah jubah.
Letusan Gunung Galunggung 1982
(
Oleh : Ikhwan Singapura )
Gunung Galunggung (dahulunya dieja Galoen-gong) termasuk gunung yang aktif di Jawa Barat, Indonesia, kira-kira 80 km tenggara wilayah Jawa Barat, Bandung (atau kira-kira 25 km ke timur Jawa Barat dari bandar Garut). Letusan sebelumnya adalah pada tahun 1882.
Letusan terakhir ini terjadi pada 5 April 1982 yang disertai dengan suara dentuman, pijaran api dan kilatan halilintar. Kegiatan ini berlangsung selama 6 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Selama letusan ini terjadi ada sekitar 18 orang meninggal dunia sebagian besar terjadi karena sebab tidak kaitan langsung dengan letusan seperti kecelakaan lalu lintas atau umur yang sudah tua, kedinginan dan kekurangan pangan. Diperkirakan pada letusan ini kerugian sekitar Rp.1 Milyar(1982) dan 22 desa ditinggal tanpa penghuni.
Letusan ini menyebabkan berubahnya peta wilayah pada radius 20km dari kawah gunung Galunggung yang mencakup Kecamatan Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Perubahan ini di sebabkan pada terputusnya jaringan jalan, aliran sungai dan areal perkampungan yang diakibatkan melimpahnya lava dingin berupa material batu, kerikil dan pasir.
Pondok Pesantren Suryalaya terletak di kaki gunung Galunggung. Selepas letusan yang bersejarah ini, para wakil dari Bangsa-Bangsa Bersatu, para pengkaji bumi datang membuat wisata dan kajian berdasarkan ilmu kaji bumi mereka. Mereka mengungkapkan kekaguman dan kehairanan kerana mendapatkan Pondok Pesantren Suryalaya terletak sergam di kaki gunung tersebut tiada tersentuh sedikit pun dari limpahannya, padahal semua limpahan lavanya terlimpah jatuh dengan dahsyatnya di bahagian sebelah gunung yang lain dan jauh pula pengalirannya.
Abah membuat ucapannya sempena letusan itu sambil berkata : ‘ Kita harus bersyukur kerana Allah SWT masih ingin perjalanan kita diteruskan.’
Semoga Allah mencucuri Rahmat dan
KeredhaanNya kepada Abah Anom- Hadratus Sheikh Ahmad Sohibul Wafa' Tajul
Arifiin yang telah membantu menyelamatkan jutaan umat dengan doa-doanya serta
karomahnya.
Syech Ahmad Sohibul Wafa Tajul arifin RA
NASEHAT GURU AGUNG PANGERSA
ABAH RA
Sulthon Aulia Fii Hadza zaman Syach Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin Qs ( Semoga Alloh mensucikan rahasianya )
1. Manusia mendapaatkan kebahagiaan itu harus mengalami dulu musibah, maka perbanyklah dzikir:
" Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dholimin "
2. Merasa diri penuh dosa jangan hanya sekedar dibibir saja, merasa salah tapi tidak mau beranjak meninggalkan kesalahan tersebut, yg sperti itulah yg dinamakan munafik, dzolim terhadap diri sendiri.
3. Jadikan malam hari sebagai alat untuk isro, ibadah taqorub kepada Alloh. Sebab biasanya kita lebih khusyu Taqorub kalau dalam keadaan yg sunyi.
4. Kosongkan fikiran dari selain Alloh, kalau tdk fokus akan menghalangi ibadah ( tujuan Ilalloh tidak tercapai )
5. Gunakan fikiran untuk memperbanyak istighfar dg cara dzikir dan khotaman
6. Janganlah kita meladeni jika ada yg menyalahkn, tapi jangan sampai kita ikut-ikutan menyalahkannya.
7. Kalau ada yg menghina, jangan balas menghina.
8. Berdzikirlh dengan berbobot, yaitu dalam hati kita tidak ada yg lain kecuali Alloh, Itulah Dzikir khofi yg tidak terganggu dg ingatan yg lain.
9. Dzikir jamaah suaranya harus teratur, tepat sasarannya.
10. Jika anda berdzikir jangan berpikir dan jika berpikir maka banyak-banyaklah berdzikir
11. Jangan merasa pandai, tetapi anda harus pandai merasa
12. Jadi orang yang penting itu baik, tetapi lebih penting lagi jadi orang yang baik
PEMBINA ROMO KYAI TEGUH
IMAN SONJAYA
KEGIATAN TQN MARGADANA
1. KHOTAMAN
Diadakan setiap seminggu sekali pada tiap minggu malam senen. Dilaksanakan habis sholat Maghrib berjamaah,
dilanjutkan dzikir, khotaman dan sunah-sunah sesuai dengan metode tqn Suryalaya. Sampai sholat isya, dzikir, sholat sunah lidaf'il balai, khotaman, tahlil ahli kubur. Selesai acara inti dilanjutkan dengan hikmat ilmiyah oleh sesepuh tqn margadana. Dengan dimulai terlebih dahulu pembacaan Tanbih
2. MANAQIB
Diadakan setiap satu bulan sekali, sehabis jum'at kliwon pada minggu malam senennya
3. AMALAN HARIAN
Setiap sehabis sholat maghrib, sholat Isya, sholat subuh dan Sholat Ashar selalu diadakan khotaman
Diadakan setiap seminggu sekali pada tiap minggu malam senen. Dilaksanakan habis sholat Maghrib berjamaah,
dilanjutkan dzikir, khotaman dan sunah-sunah sesuai dengan metode tqn Suryalaya. Sampai sholat isya, dzikir, sholat sunah lidaf'il balai, khotaman, tahlil ahli kubur. Selesai acara inti dilanjutkan dengan hikmat ilmiyah oleh sesepuh tqn margadana. Dengan dimulai terlebih dahulu pembacaan Tanbih
2. MANAQIB
Diadakan setiap satu bulan sekali, sehabis jum'at kliwon pada minggu malam senennya
3. AMALAN HARIAN
Setiap sehabis sholat maghrib, sholat Isya, sholat subuh dan Sholat Ashar selalu diadakan khotaman
Langganan:
Postingan (Atom)